Sabtu, 02 Februari 2008

silaturahmi

Dalam kehidupan kapitalis sekuler di sekitar kita, sikap nafsi-nafsi alias cuma mikirin diri sendiri udah jadi hal umum. Gimana nggak, pola hidup masyarakat kapitalis memaksa tiap orang untuk balapan biar bisa hidup enak, mewah, dan glamour. Siapa yang cepat dan kuat, dia yang dapat memenuhi segala kebutuhannya dengan mudah dan nggak pake lama. Walhasil, sikap peduli, empati, atau simpati terhadap sesama cuma nongol di layar kaca. Dalam kehidupan nyata? Dah hampir punah tuh!
Tanpa sadar, adakalanya kita juga kebawa arus hidup nafsi-nafsi. Padatnya aktivitas kita di tempat kerja, sekolah, kuliah, atau dakwah mengurangi kepekaan kita terhadap lingkungan. Baik terhadap sodara apalagi tetangga. Jarak hati kita dengan mereka seolah terpisah sejauh Sabang sampe Merauke. Yup, sikap nafsi-nafsi bikin hati kita dibentengi dinding es yang super tebal. Kita merasa nggak perlu tahu banyak suka dan duka kehidupan mereka. Yang penting, kita nggak ganggu dan bikin repot mereka. Padahal mereka termasuk orang-orang yang dekat dengan kita. Ehm..ehm..jadi malu.

Untungnya ada lebaran. Bersilaturahmi saat idul fitri ngasih kita kekuatan untuk berani mengikis sikap egois. Mengunjungi sodara dan tetangga sambil bertukar cerita lambat laun mencairkan dinding es dalam hati kita. Kegiatan open house saat hari raya membuat jarak hati kita dengan orang-orang terdekat ibarat telunjuk dan jari tengah. Saling berdampingan dan lebih mengenal satu sama lain. Hasilnya, hati kita dibuat nyaman menikmati indahnya bersosialisasi.

Silaturahmi saat idul fitri juga ngasih kita dorongan kuat untuk meninggalkan sejenak rutinitas di tempat kerja, sekolah atau kuliah yang selama ini banyak menyita waktu, perhatian, dan tenaga kita. Padahal sebelumnya, meleng dikit aja tuh rutinitas bikin kita pusing tujuh keliling. Kita juga rela terjebak dalam kemacetan berjam-jam dalam setiap rute perjalanan yang ditempuh. Kalo nggak lantaran pengen bersilaturahmi, macet sepuluh menit aja bikin kita uring-uringan. Cuape deh!
Sobat, rugi banget kalo kita cuek bebek dengan kegiatan silaturahmi. Mengenali dan dikenali banyak orang bikin hidup kita nggak kosong. Punya tempat berbagi kebahagiaan, kesedihan, atau kesulitan. Coba bayangin kalo kita keukeuh egois, cuma mikirin diri sendiri, en nggak peka ama lingkungan. Dijamin bakal hidup merana dalam kesendirian di tengah keramaian. Iih….nggak deh!

Silaturahmi sebagai ladang pahala
Silaturahmi dalam Islam nggak cuma menjaga hubungan baik dengan orang-orang dekat. Tapi juga termasuk perbuatan wajib yang berlimpah pahala. Rasulullah saw. bersabda: “Siapa yang percaya pada Allah dan hari kemudian hendaknya menghormati tamu. Dan siapa yang percaya pada Allah dan hari kemudian harus menghubungi sanak saudara (menjaga hubungan persaudaraan). Dan siapa yang percaya pada Allah dan hari kemudian harus berkata baik atau diam. “ (HR Bukhari dan Muslim)

Meskipun ada sodara atau tetangga kita yang jutek, bukan berarti menghalangi kita untuk bersilaturahmi. Tetep, kita kudu melatih hati dan kaki kita agar ringan mengunjungi mereka. Abu Hurairah r.a. berkata: Seorang bertanya: Ya Rasulullah, saya ada mempunyai famili, saya hubungi mereka dan mereka tetap memboikot padaku, dan saya baik pada mereka, mereka membalas busuk kepadaku, saya sabar terhadap mereka dan mereka tetap mengganggu padaku. Bersabda Nabi: kalau benar sebagaimana katamu itu, maka seolah-olah kau menelankan kepada mereka abu, dan selalu kau mendapat bantuan dari Allah selama kau tetap sedemikian. (HR Muslim)

Silaturahmi nggak hanya mendekatkan hati kita dengan saudara atau tetangga, tapi juga semakin mendekatkan kita dengan yang Mahakuasa atas rizki, ajal, jodoh, dan kehidupan kita. Anas ra. berkata: Bersabda Rasululah saw. “Siapa ingin dilapangkan rizqinya, dan ditunda umurnya (ajalnya) hendaknya menghubungi famili.” (HR Bukhari dan Muslim) Ditunda ajal ialah diberi berkat dalam umurnya, sehingga berkahnya sangat besar dan luas sekali.

Bahkan silaturahmi juga ngasih kita peluang untuk meraih kesuksesan di akhirat kelak. Seseorang bertanya: “Ya Rasulullah, beritahukan kepadaku amal yang dapat memasukkan ke dalam sorga dan menjauhkan dari api neraka? Jawab Nabi: menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukan denganNya sesuatu apapun, dan mendirikan sembahyang, dan mengeluarkan zakat, dan menghubungi famili kerabat.” (HR Bukhari dan Muslim)
So, kalo kita malas bersilaturahmi, inget deh sabda Rasulullah saw. berikut: “Tiada akan masuk sorga orang yang memutus hubungan famili” (HR Bukhari dan Muslim)

Jangan pas lebaran doang!
Sobat, idealnya silaturahmi nggak cuma jadi ajang tahunan. Ya, nggak harus nunggu hari raya untuk main ke tetangga atau sodara. Nggak juga kudu nunggu acara halal bi halal biar bisa basa-basi ama temen sekolah atau rekan kerja. Jangan sampe deh dinding es yang mulai cair di hati kita mengeras lagi pasca idul fitri lantaran kita kembali menjalani rutinitas sehari-hari.

Sering kita ngerasa kesempatan yang kita miliki untuk bersilaturahmi cuma saat idul fitri. Padahal seharusnya kesempatan untuk bersilaturahmi nggak selalu terikat dengan hari-hari besar Islam. Berabe kalo hanya bisa nunggu sikon mendukung untuk bersilaturahmi.

Sebagai seorang muslim, kita yang kudu menciptakan kesempatan untuk bersilaturahmi. Misalnya kalo kita perlu pertolongan atau hendak memberikan bantuan, bisa jadi alasan untuk bersilaturahmi kepada saudara. Nabi saw. bersabda: “Sedekah pada orang miskin itu sedekah satu kali dan kepada kaum keluarga berarti sedekah dua kali, mendapat pahala sedekah dan hubungan persaudaraan.” (HR at-Tirmidzy)

Jika kita mendapat undangan dari sahabat atau tetangga, usahakan untuk memenuhinya. Selain hak mereka, bisa juga sebagai ajang untuk mempererat persaudaraan. Nggak ada salahnya juga jika kita bertanya kabar mereka secara langsung atau via SMS. Dan jangan lupa untuk sekadar melempar senyuman termanis atau say hello jika berpapasan dengan mereka di jalan.

Nah sobat, ternyata alasan untuk bersilaturahmi nggak hanya saat idul fitri. Asalkan kita mau. Percaya deh, semakin sering kita bersilaturahmi, semakin lapang hati kita dan semakin indah hidup kita. Itu sebabnya, mari kita kikis sikap egois. Oke, mulai sekarang, kita bersilaturahmi pada semua deh.

Tidak ada komentar: